Wednesday, November 30, 2011

Kenangan di Sebatang Pohon

Posted by adena riskivia trinanda at 5:38 AM 0 comments
Aku berjalan mendekat ke arah pohon tua yang rindang di belakang SMP ku dulu. Kutatap pohon itu dengan tatapan rindu. Rindu akan semua kenangan yang telah kulalui bersama seseorang di pohon ini.
Aku semakin mendekat ke arah pohon itu. Lalu aku duduk di bawahnya sambil menatap birunya langit, indahnya awan. Kicauan burung-burung yang terdengar merdu membuatku ingat akan semua kenangan ku bersamanya. Semuanya dari pohon tua yang telah menjadi saksi bisu dari cintaku ini.
Di sini, aku mengingat kenangan-kenangan ku bersama nya. Aku bernostalgia dengan kenangan-kenangan yang membuatku tersenyum bahagia penuh rindu mengingatnya.

Hari ini hari kelulusanku. Mentari menyambut kelulusanku dengan sebuah senyuman lembut yang diwakilkan dengan sinarnya yang menghangatkan tubuh. Langit begitu tenang melambangkan pikiran ku yang tenang. Akhirnya aku akan meninggalkan SMP ku, sekolah ku yang penuh dengan kenangan.
Aku duduk di bawah pohon tua yang rindang. Angin begitu lembut menerpa tubuhku. Daun-daun pepohonan berguguran dengan indahnya. Seorang gadis tiba-tiba menghampiriku, sepertinya dia adik kelas ku.
“Ka Rahel nggak gabung sama teman-teman kakak?” katanya semakin mendekat ke arahku.
“Nggak. Aku mau duduk di sini sambil mengingat kenangan ku di sini.” Kataku seraya tersenyum.
Dia lalu duduk di sebelah ku dan berkata, “Dulu kak, waktu aku pertama kali datang ke sekolah ini, aku melihat sesosok lelaki tenang yang tampan. Waktu itu seakan denyut nadi ku berhenti, detakan detik jam berhenti, seakan  aku telah melihat sesosok yang luar biasa. Dia itu tampan, tapi dia nggak suka tebar pesona. Dia itu pendiam, selalu memandang ke buku, dia tidak terlalu terkenal, tapi dia selalu muncul di pikiran aku. Namanya memenuhi pikiranku, wajahnya seakan tertempel di hati aku.”
Aku memandangnya sambil membenarkan letak kaca mataku. “Selama dua tahun aku hanya berani memandangnya dari kejauhan. Kupandang dirinya yang menatap buku dengan tatapan yang penuh kelembutan, terkadang dia tersenyum dengan manisnya saat membaca buku. Dia selalu duduk di dekat jendela perpustakaan. Buku yang dibacanya lumayan rumit, tentang mitologi kuno, ilmu komputer, tentang hal-hal misterius, tentang biografi, tentang hukum, dan tentang alam.” Katanya lagi. Dia menatap lurus kedepan dengan tatapan yang lembut, terpancar dari matanya, dia sedang membayangkan orang yang disukainya dengan sepenuh hati.
“Lalu? Apa kau pernah berbicara dengan nya?” tanyaku.
Dia memandangku dengan tatapan lembutnya. Aku hanya membalas tatapannya dengan tatapan datar. “Dia lulus hari ini. Hari ini hari terakhirnya dia menuntut ilmu di sekolah ini. Baru hari ini aku berbicara dengannya. Baru hari ini aku duduk dekat dengan dia. Baru hari ini aku bisa memandang matanya yang indah.” Katanya. Aku sedikit terkejut mendengar kata-katanya.
“Siapa lelaki itu?” tanyaku seraya memastikan. Dia lalu hanya memandangku sambil tersenyum penuh arti. Aku terdiam mengalihkan pandangan ku ke pemandangan alam sekitar. “Aku bahkan tidak tau namamu, aku tidak tau asal usulmu, aku tidak tau kau kelas berapa, aku tidak tau semua tentangmu. Aku tidak bisa bersama dengan orang yang tidak kukena sama sekalil.” kataku menolak dengan halus.
“Aku nggak akan nembak kakak sebelum kakak benar-benar menyukaiku kok. Aku juga tidak mau kak, mempunyai hubungan yang dilandasi dengan rasa tidak suka. Aku hanya ingin mengungkapkan perasaanku. Aku juga ingin jika kita berteman, hal itu sudah membuatku bahagia, hal itu sudah membuatju terbang ke langit biru sambil menari bersama burung-burung merpati yang disinari mentari senja,” Katanya sambil tersenyum manis.
“Baiklah.” Kataku membalas senyumnya dengan senyuman tulus. “Sebutkan namamu dan kelasmu.” Kataku lagi.
“Karin, 8 B.” Katanya sambil tersenyum bahagia. Aku bingung, sebahagia itu kah bisa berteman denganku.
“Nomor HP mu?” kataku sambil mengambil HP ku yang berada di saku celana ku. Dia lalu menyebutkan nomor HP nya dan aku mencatatnya di HP ku.
-----------------------
Malam ini rembulan bersinar dengan lembut, menyinari dunia sambil tersenyum. Sepi, malam yang sepi. Kuambil HP ku lalu aku menekan satu-satu tombol di HP ku.
To : 1234567890     
Hei, ini Rahel. Ini Karin bukan?
Lalu kutekan tombol hijau, sended to Karin muncul tulisan itu di layar HP ku.
Tidak butuh lama untuk dia membalasnya, sebuah sms baru masuk di HP ku.
From : 1234567890
Iya, ini Karin. Makasih ka udah mau jadi teman aku. Mau lanjut ke SMA mana kak?
Sebuah isi yang benar-benar basa-basi.
Malam itu aku dan dia mulai saling kirim mengirim sms. Isinya memang basa-basi, tapi aku tau saat dia membalas sms ku, dia pasti tersenyum bahagia. Yah, mungkin aku memang sedikit tertarik oleh sikap lugunya.

Dia si cewek agresif yang mengatakan suka padaku lebih dulu. Aku yang mengirim nya sms terlebih dahulu. Ya, sebenarnya aku sadar sejak pertama dia menghampiriku, aku tertarik padanya. Aku tertarik pada sosoknya yang penuh kejujuran, aku tertarik dengan sosok manisnya yang tersenyum lembut dengan pandangan yang lembut juga saat memandangku. Aku sungguh tertarik dengan keluguannya.
Aku tertawa mengingat kejadian saat aku menembaknya setelah 2 bulan kena dengannya, pohon tua inilah saksinya. Pohon ini saksi akan dua cinta yang menyatu, dua hati yang menjadi satu, dua sijoli yang bahagia karena cinta.
Saat itu aku sengaja mengajaknya pergi ke pohon tua ini. Di hadapan pohon tua ini aku berlutut di mukanya, kukatakan kata-kata puitis yang melambangkan rasa cintaku kepadanya. Dengan tangisan haru, dia menerima cintaku.

Aku sengaja mengajaknya jalan-jalan hari ini. Mungkin ini adalah ajakan kencanku yang pertama dariku. Yah, aku memang sudah sangat tertarik padanya. Dia benar-benar telah berhasil merebut hatiku. Setelah kukenal dia, dia adalah anak yang polos, anak yang ceria, anak yang selalu bisa ngungkapin perasaannya. Senyumnya seakan tidak ada beban, membuat ku terpesona pada sosoknya.
Kami janjian di taman dekat sekolah jam 9 pagi dan aku sudah menunggunya 30 menit sebelum itu. Akhirnya dia datang setelah aku lama menunggu. Dia hari ini tampak sangat manis dengan baju kaos v-neck lengan panjang berwarna hitam yang dipadukan dengan rompi birunya. Hot-pants nya yang berwarna biru membuat dia semakin manis. Rambutnya yang di ikat asal dan ditutupi kupluk berwarna biru membuat dia sempurna, apalagi dengan dia memakai sepatu supra warna hitam biru nya, sungguh sangat sempurna.
“Ka, udah lama nunggu?” katanya sambil tersenyum lembut. Kupalingkan wajahku agar dia tidak melihat wajahku yang merona.
“Nggak kok,” Kataku berusaha agar nada suaraku tidak terdengar grogi. Ya, aku grogi di dekatnya. Aku seakan sulit bernafas di dekatnya. Tapi ada perasaan hangat dan nyaman bila bersamanya, dan hal itu membuatku betah berada di dekatnya.
“Yaudah hari ini mau jalan ke mana?” Tanyanya tersenyum manis.
“Kita nonton aja yuk, kamu nya mau nonton apa?” Tanyaku.
“Yang kita berdua enjoy aja deh. Jangan yang serem yah,” Katanya.
Aku tersenyum memandang wajahnya lalu ku berkata, “Haha, kan kamu kalo liat cermin berarti sering liat yang serem.”Sedikit kebohongan yang kulontarkan di candaanku tadi. Wajahnya tidak lah menyeramkan. Wajahnya dapat membuat aku meleleh, dapat membuat aku tersenyum, dan dapat membuatku merasa nyaman.
“Ih, kaka apaan deh. Nggak lucu. Nonton film yang baru diliris aja gimana? Yang genre comedy aja yah?” Katanya sambil tersenyum lagi. Senyumnya itu loh, bikin aku pengen meleleh. Senyumnya itu manis banget, senyumnya itu nggak dibuat-buat.
“Yasudah. Ayuk,” Kataku sambil menggandeng tangannya. Aku tau wajahku memerah, dan aku tau wajah Karin memerah. Dan kami berdua tau, itulah yang kami inginkan.
Kami lalu menonton film genre comedy yang dia inginkan. Saat di tengah-tengah film, kusandarkan kepalaku di bahunya. “Kenapa ka? Kaka sakit?” Katanya grogi. Yah, aku juga grogi di dekatnya.
“Nggak kok, aku cuman pengen kayak gini. Aku nggak pengen kamu pergi,” Kataku. Mungkin suara detakan jantungku akan terdengar bila tak ada suara film itu, karena aku benar-benar grogi.
Setelah film selesai, aku mengajaknya pergi ke belakang sekolah SMP ku dulu dengan masih bergandengan tangan.
Aku mengajak nya berjalan-jalan di belakang sekolah. “Rin, kamu inget nggak waktu kita berdua saling mengenal?” Kataku.
“inget kok, kenapa?” Katanya. Angin yang lembut membelai rambutnya. Rambutnya yang indah berkibar menghiasi wajahnya yang manis, membuat ku semakin suka padanya.
“Aku pikir dulu kamu itu orang yang bodoh, ceplas-ceplos, asal-asalan, dan ceroboh loh.” Kataku sambil tertawa sedikit.
“Kaka ah. Jadi kaka ngajak aku jalan hanya demi ngejek aku? Ish.” Katanya sambil mencibir. Wajahnya menjadi imut saat dia mencibir.
Lalu aku memberhentikan langkah kami tepat di depan sebuah pohon tua yang memiliki kenangan tersendiri bagi kami berdua. Kupegang tangannya yang lembut. Kupandang wajahnya dengan pandangan sayang.
“Tapi, setelah aku kenal kamu, kamu itu manis, polos, lembut, ceria, tenang, dan agak tomboy. Dan aku suka cewek yang memiliki sifat seperti itu. Dan kamu telah memenuhi pikiranku dan hal itu membuatku tak bisa tidur.” Kataku langsung ke intinya.
Terlihat wajahnya tampakbingung dengan rona merah di pipinya. “Maksud kaka?” Tanyanya malu-malu.
“Intinya, aku suka kamu. Kamu yang bersifat seperti itu telah merebut hatiku. Namamu sudah terukir permanen di dinding hatiku. Wajahmu sudah terlukis di komputer otak aku. Kamu udah nggak bisa hilang dari hati dan pikiran aku. Aku cinta kamu Karina Putri Ningrat.” Kataku tersenyum lembut.
Dia menunduk lalu sebuah butiran bening terjatuh dari kelopak matanya. ”Kamu nangis? Apa kata-kata ku telah menyakiti perasaan mu?” Tanyaku merasa bersalah.
Dia menggelengkan kepalanya lalu langsung memelukku. “Ini tangisan haru ka. Aku nggak pernah nyangka kaka bakal bilang suka ke aku. Kaka tau? Kaka itu kayak rembulan aku dan aku buminya, kalau bumi tanpa bulan, itu sama aja hidup itu hampa. Kaka itu rembulan ku satu-satunya yang paling ku inginkan dan yang paling kusayang.” Katanya. Aku lalu tersenyum dan membalas pelukannya.
Pohon tua yang rindang ini pun menjadi saksi ikatan cinta kami. Pohon tua ini adalah tempat penuh kenangan di antara kami berdua.

HP ku tiba-tiba berbunyi, membuyarkan semua lamunanku. Ada sebuah sms dari Karin, kekasih ku.
From : Karin :*
Sayang, maaf nih kayaknya aku bakal telat ke sana. Jalannya macet nih. Maaf yah sayang.
Aku hanya tersenyum melihat sms nya, lalu kubalas sms nya..
To : Karin :*
Iya sayangku, nggak papa kok. Aku akan terus berada di sini setia menunggumu karena kamu adalah dewi cinta ku.
Aku terdiam sambil menunggu Karin. Begitu sejuknya berada di bawah pohon tua ini. Aku menunggu Karin sambil tersenyum.
Tak lama seorang wanita dewasa yang berwajah cantik datang dengan setelan baju mini-dress nya yang berwarna hijau dipadukan dengan warna putih. High-heels hijau yang dipakainya membuatnya semakin tinggi. Rambutnya yang panjang diurai membuatnya terlihat benar-benar cantik.
“Maaf telat yah sayang, jalannya macet banget sumpah.” Katanya sambil tersenyum manis. Senyumnya masih sama seperti dulu, begitu manis dan tulus. Ya, itulah senyumnya Karin.
“Iya, nggak papa kok sayang. Maaf juga yah nggak bisa jemput sayang, tadi pengen cepat-cepat ke sini. Sama siapa ke sini?” Tanyaku berbasa-basi.
“Sendiri naik mobil.” Katanya. Aku hanya membalasnya dengan senyuman sayangku. “Eh, btw kita udah lama nggak ke sini yah sayang. Tempat kenangan kita berdua sejak 8 tahun yang lalu. Masa muda kita berdua yah sayang, kangen rasanya.” Katanya lagi sambil memandang jauh. Mungkin dia mengingat kenangan masa lalu nya disini, tepatnya kenangan kami berdua.
“Gadis manis ku yang dulu polos telah beranjak dewasa menjadi wanita yang amat teramat cantik. Seandainya wanita di dunia hanya ada satu dan itu bukan kamu, aku tidak ingin bersamanya, karena yang kusayang dan kuinginkan hanyalah kamu. Kamu adalah makhluk yang paling sempurna yang hanya diberikan khusus untukku. Hari ini di pohon ini aku ingin membuat satu kenangan lagi denganmu, kenangan yang akan mengukir permanen cinta kita dalam ingatan pohon ini. Kau tau? Ternyata cinta aku itu tidak bisa dikatakan hanya dengan kata-kata karena cinta aku begitu banyak. Sampai-sampai ungkapan kata-kata puitis pun tidak cukup untuk melambangkan cintaku. Dan aku ingin kau menjadi ibu dari anak-anak ku kelak. Would you marry me?” Kataku sambil berlutut di depannya.
Dia terkejut dengan semua yang kulakukan. Dia terdiam tak bisa bekata apa-apa sambil tersenyum bahagia, ya bahagia. Tetesan-tetesan air matanya mulai keluaran secara beriringan. Aku lalu menghapus air mata cantik nya itu lalu kudekap erat dia dalam pelukan hangat ku.“Tentu saja aku mau, bodoh. Tuhan mengabulkan sebuah impian dari gadis kecil yang polos. Tuhan telah mempertemukan kita dan tuhan menyatukan kita. Kamu adalah anak adam yang paling ku cinta dan paling ku sayang.” Katanya sambil membalas pelukanku.
Aku tersenyum bahagia mendengar ucapannya. Aku dan dia akhirnya akan bersama, sampai kapan pun, karena cinta kami akan selamanya kekal abadi.

Wednesday, November 30, 2011

Kenangan di Sebatang Pohon

Posted by adena riskivia trinanda at 5:38 AM 0 comments
Aku berjalan mendekat ke arah pohon tua yang rindang di belakang SMP ku dulu. Kutatap pohon itu dengan tatapan rindu. Rindu akan semua kenangan yang telah kulalui bersama seseorang di pohon ini.
Aku semakin mendekat ke arah pohon itu. Lalu aku duduk di bawahnya sambil menatap birunya langit, indahnya awan. Kicauan burung-burung yang terdengar merdu membuatku ingat akan semua kenangan ku bersamanya. Semuanya dari pohon tua yang telah menjadi saksi bisu dari cintaku ini.
Di sini, aku mengingat kenangan-kenangan ku bersama nya. Aku bernostalgia dengan kenangan-kenangan yang membuatku tersenyum bahagia penuh rindu mengingatnya.

Hari ini hari kelulusanku. Mentari menyambut kelulusanku dengan sebuah senyuman lembut yang diwakilkan dengan sinarnya yang menghangatkan tubuh. Langit begitu tenang melambangkan pikiran ku yang tenang. Akhirnya aku akan meninggalkan SMP ku, sekolah ku yang penuh dengan kenangan.
Aku duduk di bawah pohon tua yang rindang. Angin begitu lembut menerpa tubuhku. Daun-daun pepohonan berguguran dengan indahnya. Seorang gadis tiba-tiba menghampiriku, sepertinya dia adik kelas ku.
“Ka Rahel nggak gabung sama teman-teman kakak?” katanya semakin mendekat ke arahku.
“Nggak. Aku mau duduk di sini sambil mengingat kenangan ku di sini.” Kataku seraya tersenyum.
Dia lalu duduk di sebelah ku dan berkata, “Dulu kak, waktu aku pertama kali datang ke sekolah ini, aku melihat sesosok lelaki tenang yang tampan. Waktu itu seakan denyut nadi ku berhenti, detakan detik jam berhenti, seakan  aku telah melihat sesosok yang luar biasa. Dia itu tampan, tapi dia nggak suka tebar pesona. Dia itu pendiam, selalu memandang ke buku, dia tidak terlalu terkenal, tapi dia selalu muncul di pikiran aku. Namanya memenuhi pikiranku, wajahnya seakan tertempel di hati aku.”
Aku memandangnya sambil membenarkan letak kaca mataku. “Selama dua tahun aku hanya berani memandangnya dari kejauhan. Kupandang dirinya yang menatap buku dengan tatapan yang penuh kelembutan, terkadang dia tersenyum dengan manisnya saat membaca buku. Dia selalu duduk di dekat jendela perpustakaan. Buku yang dibacanya lumayan rumit, tentang mitologi kuno, ilmu komputer, tentang hal-hal misterius, tentang biografi, tentang hukum, dan tentang alam.” Katanya lagi. Dia menatap lurus kedepan dengan tatapan yang lembut, terpancar dari matanya, dia sedang membayangkan orang yang disukainya dengan sepenuh hati.
“Lalu? Apa kau pernah berbicara dengan nya?” tanyaku.
Dia memandangku dengan tatapan lembutnya. Aku hanya membalas tatapannya dengan tatapan datar. “Dia lulus hari ini. Hari ini hari terakhirnya dia menuntut ilmu di sekolah ini. Baru hari ini aku berbicara dengannya. Baru hari ini aku duduk dekat dengan dia. Baru hari ini aku bisa memandang matanya yang indah.” Katanya. Aku sedikit terkejut mendengar kata-katanya.
“Siapa lelaki itu?” tanyaku seraya memastikan. Dia lalu hanya memandangku sambil tersenyum penuh arti. Aku terdiam mengalihkan pandangan ku ke pemandangan alam sekitar. “Aku bahkan tidak tau namamu, aku tidak tau asal usulmu, aku tidak tau kau kelas berapa, aku tidak tau semua tentangmu. Aku tidak bisa bersama dengan orang yang tidak kukena sama sekalil.” kataku menolak dengan halus.
“Aku nggak akan nembak kakak sebelum kakak benar-benar menyukaiku kok. Aku juga tidak mau kak, mempunyai hubungan yang dilandasi dengan rasa tidak suka. Aku hanya ingin mengungkapkan perasaanku. Aku juga ingin jika kita berteman, hal itu sudah membuatku bahagia, hal itu sudah membuatju terbang ke langit biru sambil menari bersama burung-burung merpati yang disinari mentari senja,” Katanya sambil tersenyum manis.
“Baiklah.” Kataku membalas senyumnya dengan senyuman tulus. “Sebutkan namamu dan kelasmu.” Kataku lagi.
“Karin, 8 B.” Katanya sambil tersenyum bahagia. Aku bingung, sebahagia itu kah bisa berteman denganku.
“Nomor HP mu?” kataku sambil mengambil HP ku yang berada di saku celana ku. Dia lalu menyebutkan nomor HP nya dan aku mencatatnya di HP ku.
-----------------------
Malam ini rembulan bersinar dengan lembut, menyinari dunia sambil tersenyum. Sepi, malam yang sepi. Kuambil HP ku lalu aku menekan satu-satu tombol di HP ku.
To : 1234567890     
Hei, ini Rahel. Ini Karin bukan?
Lalu kutekan tombol hijau, sended to Karin muncul tulisan itu di layar HP ku.
Tidak butuh lama untuk dia membalasnya, sebuah sms baru masuk di HP ku.
From : 1234567890
Iya, ini Karin. Makasih ka udah mau jadi teman aku. Mau lanjut ke SMA mana kak?
Sebuah isi yang benar-benar basa-basi.
Malam itu aku dan dia mulai saling kirim mengirim sms. Isinya memang basa-basi, tapi aku tau saat dia membalas sms ku, dia pasti tersenyum bahagia. Yah, mungkin aku memang sedikit tertarik oleh sikap lugunya.

Dia si cewek agresif yang mengatakan suka padaku lebih dulu. Aku yang mengirim nya sms terlebih dahulu. Ya, sebenarnya aku sadar sejak pertama dia menghampiriku, aku tertarik padanya. Aku tertarik pada sosoknya yang penuh kejujuran, aku tertarik dengan sosok manisnya yang tersenyum lembut dengan pandangan yang lembut juga saat memandangku. Aku sungguh tertarik dengan keluguannya.
Aku tertawa mengingat kejadian saat aku menembaknya setelah 2 bulan kena dengannya, pohon tua inilah saksinya. Pohon ini saksi akan dua cinta yang menyatu, dua hati yang menjadi satu, dua sijoli yang bahagia karena cinta.
Saat itu aku sengaja mengajaknya pergi ke pohon tua ini. Di hadapan pohon tua ini aku berlutut di mukanya, kukatakan kata-kata puitis yang melambangkan rasa cintaku kepadanya. Dengan tangisan haru, dia menerima cintaku.

Aku sengaja mengajaknya jalan-jalan hari ini. Mungkin ini adalah ajakan kencanku yang pertama dariku. Yah, aku memang sudah sangat tertarik padanya. Dia benar-benar telah berhasil merebut hatiku. Setelah kukenal dia, dia adalah anak yang polos, anak yang ceria, anak yang selalu bisa ngungkapin perasaannya. Senyumnya seakan tidak ada beban, membuat ku terpesona pada sosoknya.
Kami janjian di taman dekat sekolah jam 9 pagi dan aku sudah menunggunya 30 menit sebelum itu. Akhirnya dia datang setelah aku lama menunggu. Dia hari ini tampak sangat manis dengan baju kaos v-neck lengan panjang berwarna hitam yang dipadukan dengan rompi birunya. Hot-pants nya yang berwarna biru membuat dia semakin manis. Rambutnya yang di ikat asal dan ditutupi kupluk berwarna biru membuat dia sempurna, apalagi dengan dia memakai sepatu supra warna hitam biru nya, sungguh sangat sempurna.
“Ka, udah lama nunggu?” katanya sambil tersenyum lembut. Kupalingkan wajahku agar dia tidak melihat wajahku yang merona.
“Nggak kok,” Kataku berusaha agar nada suaraku tidak terdengar grogi. Ya, aku grogi di dekatnya. Aku seakan sulit bernafas di dekatnya. Tapi ada perasaan hangat dan nyaman bila bersamanya, dan hal itu membuatku betah berada di dekatnya.
“Yaudah hari ini mau jalan ke mana?” Tanyanya tersenyum manis.
“Kita nonton aja yuk, kamu nya mau nonton apa?” Tanyaku.
“Yang kita berdua enjoy aja deh. Jangan yang serem yah,” Katanya.
Aku tersenyum memandang wajahnya lalu ku berkata, “Haha, kan kamu kalo liat cermin berarti sering liat yang serem.”Sedikit kebohongan yang kulontarkan di candaanku tadi. Wajahnya tidak lah menyeramkan. Wajahnya dapat membuat aku meleleh, dapat membuat aku tersenyum, dan dapat membuatku merasa nyaman.
“Ih, kaka apaan deh. Nggak lucu. Nonton film yang baru diliris aja gimana? Yang genre comedy aja yah?” Katanya sambil tersenyum lagi. Senyumnya itu loh, bikin aku pengen meleleh. Senyumnya itu manis banget, senyumnya itu nggak dibuat-buat.
“Yasudah. Ayuk,” Kataku sambil menggandeng tangannya. Aku tau wajahku memerah, dan aku tau wajah Karin memerah. Dan kami berdua tau, itulah yang kami inginkan.
Kami lalu menonton film genre comedy yang dia inginkan. Saat di tengah-tengah film, kusandarkan kepalaku di bahunya. “Kenapa ka? Kaka sakit?” Katanya grogi. Yah, aku juga grogi di dekatnya.
“Nggak kok, aku cuman pengen kayak gini. Aku nggak pengen kamu pergi,” Kataku. Mungkin suara detakan jantungku akan terdengar bila tak ada suara film itu, karena aku benar-benar grogi.
Setelah film selesai, aku mengajaknya pergi ke belakang sekolah SMP ku dulu dengan masih bergandengan tangan.
Aku mengajak nya berjalan-jalan di belakang sekolah. “Rin, kamu inget nggak waktu kita berdua saling mengenal?” Kataku.
“inget kok, kenapa?” Katanya. Angin yang lembut membelai rambutnya. Rambutnya yang indah berkibar menghiasi wajahnya yang manis, membuat ku semakin suka padanya.
“Aku pikir dulu kamu itu orang yang bodoh, ceplas-ceplos, asal-asalan, dan ceroboh loh.” Kataku sambil tertawa sedikit.
“Kaka ah. Jadi kaka ngajak aku jalan hanya demi ngejek aku? Ish.” Katanya sambil mencibir. Wajahnya menjadi imut saat dia mencibir.
Lalu aku memberhentikan langkah kami tepat di depan sebuah pohon tua yang memiliki kenangan tersendiri bagi kami berdua. Kupegang tangannya yang lembut. Kupandang wajahnya dengan pandangan sayang.
“Tapi, setelah aku kenal kamu, kamu itu manis, polos, lembut, ceria, tenang, dan agak tomboy. Dan aku suka cewek yang memiliki sifat seperti itu. Dan kamu telah memenuhi pikiranku dan hal itu membuatku tak bisa tidur.” Kataku langsung ke intinya.
Terlihat wajahnya tampakbingung dengan rona merah di pipinya. “Maksud kaka?” Tanyanya malu-malu.
“Intinya, aku suka kamu. Kamu yang bersifat seperti itu telah merebut hatiku. Namamu sudah terukir permanen di dinding hatiku. Wajahmu sudah terlukis di komputer otak aku. Kamu udah nggak bisa hilang dari hati dan pikiran aku. Aku cinta kamu Karina Putri Ningrat.” Kataku tersenyum lembut.
Dia menunduk lalu sebuah butiran bening terjatuh dari kelopak matanya. ”Kamu nangis? Apa kata-kata ku telah menyakiti perasaan mu?” Tanyaku merasa bersalah.
Dia menggelengkan kepalanya lalu langsung memelukku. “Ini tangisan haru ka. Aku nggak pernah nyangka kaka bakal bilang suka ke aku. Kaka tau? Kaka itu kayak rembulan aku dan aku buminya, kalau bumi tanpa bulan, itu sama aja hidup itu hampa. Kaka itu rembulan ku satu-satunya yang paling ku inginkan dan yang paling kusayang.” Katanya. Aku lalu tersenyum dan membalas pelukannya.
Pohon tua yang rindang ini pun menjadi saksi ikatan cinta kami. Pohon tua ini adalah tempat penuh kenangan di antara kami berdua.

HP ku tiba-tiba berbunyi, membuyarkan semua lamunanku. Ada sebuah sms dari Karin, kekasih ku.
From : Karin :*
Sayang, maaf nih kayaknya aku bakal telat ke sana. Jalannya macet nih. Maaf yah sayang.
Aku hanya tersenyum melihat sms nya, lalu kubalas sms nya..
To : Karin :*
Iya sayangku, nggak papa kok. Aku akan terus berada di sini setia menunggumu karena kamu adalah dewi cinta ku.
Aku terdiam sambil menunggu Karin. Begitu sejuknya berada di bawah pohon tua ini. Aku menunggu Karin sambil tersenyum.
Tak lama seorang wanita dewasa yang berwajah cantik datang dengan setelan baju mini-dress nya yang berwarna hijau dipadukan dengan warna putih. High-heels hijau yang dipakainya membuatnya semakin tinggi. Rambutnya yang panjang diurai membuatnya terlihat benar-benar cantik.
“Maaf telat yah sayang, jalannya macet banget sumpah.” Katanya sambil tersenyum manis. Senyumnya masih sama seperti dulu, begitu manis dan tulus. Ya, itulah senyumnya Karin.
“Iya, nggak papa kok sayang. Maaf juga yah nggak bisa jemput sayang, tadi pengen cepat-cepat ke sini. Sama siapa ke sini?” Tanyaku berbasa-basi.
“Sendiri naik mobil.” Katanya. Aku hanya membalasnya dengan senyuman sayangku. “Eh, btw kita udah lama nggak ke sini yah sayang. Tempat kenangan kita berdua sejak 8 tahun yang lalu. Masa muda kita berdua yah sayang, kangen rasanya.” Katanya lagi sambil memandang jauh. Mungkin dia mengingat kenangan masa lalu nya disini, tepatnya kenangan kami berdua.
“Gadis manis ku yang dulu polos telah beranjak dewasa menjadi wanita yang amat teramat cantik. Seandainya wanita di dunia hanya ada satu dan itu bukan kamu, aku tidak ingin bersamanya, karena yang kusayang dan kuinginkan hanyalah kamu. Kamu adalah makhluk yang paling sempurna yang hanya diberikan khusus untukku. Hari ini di pohon ini aku ingin membuat satu kenangan lagi denganmu, kenangan yang akan mengukir permanen cinta kita dalam ingatan pohon ini. Kau tau? Ternyata cinta aku itu tidak bisa dikatakan hanya dengan kata-kata karena cinta aku begitu banyak. Sampai-sampai ungkapan kata-kata puitis pun tidak cukup untuk melambangkan cintaku. Dan aku ingin kau menjadi ibu dari anak-anak ku kelak. Would you marry me?” Kataku sambil berlutut di depannya.
Dia terkejut dengan semua yang kulakukan. Dia terdiam tak bisa bekata apa-apa sambil tersenyum bahagia, ya bahagia. Tetesan-tetesan air matanya mulai keluaran secara beriringan. Aku lalu menghapus air mata cantik nya itu lalu kudekap erat dia dalam pelukan hangat ku.“Tentu saja aku mau, bodoh. Tuhan mengabulkan sebuah impian dari gadis kecil yang polos. Tuhan telah mempertemukan kita dan tuhan menyatukan kita. Kamu adalah anak adam yang paling ku cinta dan paling ku sayang.” Katanya sambil membalas pelukanku.
Aku tersenyum bahagia mendengar ucapannya. Aku dan dia akhirnya akan bersama, sampai kapan pun, karena cinta kami akan selamanya kekal abadi.

 

THIS IS THE STORY OF ME :) Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea